Knowledge is REMIX and REMIX is how live

Here is a myth:
In America, if you work very hard, with enough determination and persistence, you can become anything you want.

Here is another myth:
No matter how hard you work, no matter how much you persist, you'll never become what you want.


Yup, Alex Ross memang unbelievable, luar biasa berbakat. Realisme dalam setiap lukisan Ross begitu mengagumkan, seperti melihat foto. Warna kulit, tekstur, bahkan psiologi berhasil dicitrakan dengan sermpurna. Juktaposisi setiap aksi dan pencahayaannya tidak terduga dan hasilnya adalah sebuah citra yang dramatis, yang mampu menonjolkan kepribadian Sang Hero. Layaknya para Super Hero dalam kostumnya, dan Ross mampu menampakkan kekuatan mereka. Dua kutipan paling atas tadi adalah bagian kata pembuka oleh Chip Kidd sebagai pengantar buku Mythology: The DC Comic Arts of Alex Ross. Selanjutnya Ia melanjutkannya lagi dengan...

At some point, each of us chooses which myth we believe in. Ever since he could pick up a crayon, all Nelson Alexander Ross ever wanted to do was draw super heroes and make comics. So did a lot of other kids. But most of them either soon drifted to other fantasies, or just gave up altogether. Alex Ross never did. This is his story, and it' a simple one: Once upon a time a lonely little boy in Lubbock, Texas, turned to comic book heroes for friendship. And they did what they do best--they rescued him. But then, after a decade and a half of hard work and intense study, something amazing happened. He returned the favor.

Does that sound unbelievable?


Sudah lama saya ingin membuat post tentang Alex Ross, tapi bingung juga mau mulai darimana. Resources ada banyak via Google search, tapi memang lebih bagus saya ambil dari bukunya langsung yang bertajuk Mythology itu. Pengambilan judul untuk Artography ini nampaknya pas sekali; Mythology. Sejauh mana sebuah 'mitos' itu berperan bagi Ross? Sebesar apa pengaruhnya bagi inspirasi gilanya? Mitos adalah dunia tanpa batas sama halnya dengan seni itu sendiri.

Myth is the secret opening through which the inexhaustible energies of the cosmos pour into human cultural manifestation. Religions, philosophies, arts, the social forms of primitive and historic man, prime discoveries in science and technology, the very dreams that blister sleep, boil up from the basic, magic ring of myth.

--Joseph Campbell,
The Hero with a Thousand Faces (1949).


Sengaja kata-kata mereka tidak saya terjemahkan, karena tidak ada maksud untuk merubah keindahan kalimat itu sendiri^^

A glorious place, a glorious age, I tell you! A very Neon Renaissance--And the myths that actually touched you at that time--not Hercules, Orpheus, Ulysses and Aeneas--but Superman, Captain Marvel, Batman.

--Tom Wolfe,
The Electric Kool-Aid Acid Test (1968).



The Beginning

Nelson Alexander Ross lahir pada 22 Januari 1970, di Portland, Oregon. Ayahnya bernama Clark Norman Ross--seorang Pendeta--dan Ibu bernama Lynette, seorang mantan Fashion Illustrator. Bungsu dari 4 bersaudara ini sejak kecil sudah menyukai seni dan mengisi hari-harinya dengan menggambar. Ia menggemari komik dan terinspirasi olehnya.

Pada tahun 1978, keluarga ini pindah ke Lubbock, Texas, dimana Ayahnya memimpin pelayanan dalam United Church of Christ di sana. Masa ini menorehkan efek mendalam bagi dirinya. Sementara kakak laki-laki dan dua orang kakak perempuannya lepas dari rumah, perubahan ini menyebabkan Ia menjadi anak yang kesepian. Ia bahkan tetap merasa sepi pada Minggu pagi, sambil memperhatikan Ayahnya berkhotbah di hadapan belasan orang Jemaat. Ini tidak mudah. Tapi Alex selalu hadir penuh hormat dan tidak pernah jatuh ke dalam jurang klise tipikal 'Anak Pendeta'--Ia tidak pernah mabuk, tidak nge-drugs, dan tidak melakukan tindakan rebellion khas remaja bau kencur, karena Ia menemukan pelepasan yang lebih baik yaitu Seni.

Menggambar itu membutuhkan kesunyian (baca; ketenangan) dan ia punya itu. Ia memang jatuh bangun dalam dunianya ini sebelum menemukan jalur untuk menjalin ceritanya sendiri. Seolah sudah ditakdirkan (kalau memang takdir itu ada)--Ia ingin orang-orang menghargai Ayahnya, jadi kenapa tidak membuatnya jadi karakter komik? Dan di tahun 1996 (9 tahun sesudah Ia lulus SMU), Ia benar-benar melakukannya! Setelah selesai dalam trik casting komik paling hati-hati itu, Alex Ross menggunakan Ayahnya sendiri sebagai model untuk Norman McCay, protagonis utama dalam Kingdom Come, sebuah epik besar dalam DC Universe (Elseworld).

Beberapa tahun kemudian, karya-karyanya benar-benar melebur garis pemisah diantara fantasi dengan realita, mengambil alih sebuah medium tradisional yang 2 dimensi itu dan menempatkan ilusi baru ditempat ketiga. Tapi sebelumnya pasti ada yang namanya latihan, pembelajaran, percobaan, dan kegagalan. Membuat suatu image itu jauh lebih sulit daripada kelihatannya. Setidaknya hal ini sudah merupakan tradisi bagi keluarga Ross...



Genealogy

Sejak akhir 1940 hingga pertengahan 1950an, Lynette, Ibunda Alex Ross, pernah bekerja sebagai Fashion Illustrator secara freelance di Chicago. Gambar di sebelah kiri adalah goresan tangannya, semuanya dibuat dalam usia menjelang 20. Lynette adalah lulusan American Academy of Art di Chicago, siapa sangka bahwa anak bungsunya akan mengikuti jejaknya dalam 41 tahun kemudian.

Sesungguhnya Ross tidak begitu dipengaruhi pekerjaan Ibunya, terutama sekali karena Ia tidak pernah melihat Ibunya menggambar. Sebelum Ross lahir, Lynette sudah meninggalkan pekerjaan tersebut demi keluarga. "Saya tidak begitu menyukai pekerjaan ini," kenangnya, "Tapi itu cara bagi saya untuk mendapatkan uang dan sedikit kebebasan. Yang saya inginkan sebenarnya adalah menikah dan membesarkan anak-anak saya." Sebagai wanita yang bertalenta pada masanya, Lynette sering merasa adanya kesenjangan dalam bidang yang didominasi oleh pria itu. "Tidak banyak gadis yang ingin melakukan perkerjaan ini pada waktu itu. Saya yakin hanya saya saja yang nekad."

Setelah melihat karya Lynette, mungkin Anda berpikir dan tergoda untuk mengatakan; Oh, so that's where he got it. Mungkin Alex mendapat bakat genetik dari Ibunya, begitu? Bakat hebat seperti Ross tidak datang dengan utuh, dan hasil gambar tangan pada waktu kecilnya di sebelah kiri adalah buktinya. Ada kerja keras pada awalnya. Dalam umur yang masih sangat muda Ia sudah mantap akan cita-citanya--menjadi Illustrator komik--dan mengikuti jalurnya. Boleh jadi Ibu dan Anak mempunya satu jenis bakat yang sama dan dalam hal ini Lynette berkata, "Saya hanya tidak mempunyai ambisi seperti dirinya." Catat ya, Pak...

Apa sebenarnya yang membuat Ross begitu terpesona dengan super hero dalam komik DC? "Ke-flamboyan-an mereka dan misterius. Mereka hebat. Bagi saya, figur para Olahragawan adalah perbandingan untuk mereka yang paling manusiawi. Pada saat Ibu saya mengetahui ketertarikan saya dalam menggambar komik, Ia membeli beberapa komik yang sesuai dengan anak-anak seusia saya pada waktu itu. Spidey Super Stories adalah pertama kali yang masih bisa saya ingat. Saya juga mencermati tulisan Michael Fleisher dalam ensiklopedianya tahun 1970an, tentang Batman, Superman, dan Wonder Woman.

"Sebagai seorang remaja kau memerlukan panutan, dan super hero punya itu, sebuah naluri etika yang abadi--mereka selalu sempurna, berjuang demi idealisme mereka. Bertindak tegas dengan membawa nilai-nilai moral, dimana cara ini berbeda dalam agama. Agama melakukan hal itu, tapi dalam cara yang lebih rumit dan sering membingungkan." Kelihatan sekali kalau Heroisme itu sangat penting baginya, apapun bentuk dan tindakannya.


Akhir tahun 1960an memperlihatkan munculnya pendekatan yang lebih natural dalam penggambaran komik Neil Adams pantas disebut pionir yang memberikan pengaruh besar bagi generasi kartunis muda berikutnya dan Alex Ross adalah salah satunya. Gambar disamping kiri adalah karya Neil Adams, sedangkan di kanan adalah guratan Alex waktu latihan di awal 1990an. "Neil Adams telah merubah segalanya. Ia menggambarkan apa yang namanya realistis, penceritaan yang dinamis sepanjang masa."


George Perez (gambarnya di sebelah kiri) juga termasuk salah satu artis komik populer yang digemari Alex. Perez terkenal karena kemampuannya untuk menggambar banyak karakter yang berbeda dalam satu skenario, dan karyanya dalam miniseri DC's Crisis on Infinite Earth tahun 1985 membawa konsep tersebut lebih extrim lagi. Ambisi untuk menampilkan mayoritas karakter dalam DC Universe dapat dilihat dalam Kingdom Come-nya Ross.

Gambar ini adalah komik proposal yang dibuat Alex waktu berusia 16 tahun, cerita tentang Justice Union of Earth di Bumi 10. Disini Ia sengaja mereka ulang karakter super hero DC berdasarkan pengaruh art style Perez. Alex sendiri tidak menyangka bahwa pada dekade berikutnya Ia akan berkolaborasi bersama Idolanya ini dalam pengerjaan terambisius dalam karirnya, yaitu melukis cover untuk Crisis on Infinite Earths versi hardcover.

"Perez menggabungkan semua hero dalam skala besar dan sangat inspiratif. Ia adalah salah satu dari 2 artist (George Perez & Berni Wrightson) yang benar-benar saya tiru ketika remaja."

Rich Kryezka, salah satu Instuktur Ross waktu kuliah di American Academy of Art dari tahun 1988-1989, mengenang Ross sebagai pelajar dan teman istimewa:

"Alex selalu menyerahkan tugas paling awal, dan itu selalu membuat mahasiswa lain gila."


Tahun 1989, Ross bekerja pada agen periklanan Leo Burnett di Chicago. Disini Ia mengerjakan layout, animatics (semacam sequential drawing), dan storyboard komersial selama 1 setengah tahun. Gajinya lumayan, tapi ia merasa bahwa pekerjaan ini tidak dapat menjadi batu lompatan ke bidang komik. "Saya membayangkan bahwa masuk ke bidang komik itu sangat sulit dan saya memerlukan satu pekerjaan yang lebih memerlukan penggambaran figur dan penceritaan."

Disinilah Ross bertemu dengan Frank Kasy, Ilustrator veteran yang juga seorang Art Director. Berikutnya Kasy menjadi peran utama dalam karir Ross. Nantinya Kasy adalah model hidup bagi Superman versi Ross. Sebelumnya Kasy terkadang menjadikan dirinya model dalam pekerjaannya sendiri., menurut Ross adalah wajar jika ia juga memintanya begitu.

Dari semua artist komik yang pernah menggambar Superman, Joe Shuster adalah salah satu favorit bagi Ross. Sketsa Superman disamping kiri ini dibuat pada tahun 1991, dengan menggunakan Frank Kasy sebagai model, sambil menginterpretasikan desain originalnya Shuster. "Saya menemukan banyak hal di wajah Frank yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya dan bagaimanapun juga itu sesuai dengan sensabilitas yang dituangkan Shuster: hidung, mata, rahang yang tegas, mata yang tajam. Tipe tubuh Frank juga tepat, karena Ia berotot tapi tidak membengkak. Ini sangat penting--Superman memang harus terlihat kuat, tapi jangan terlihat seperti Binaragawan." Wah, perkiraan banyak orang kalau Ross mengambil Christopher Reeves sebagai model agaknya kurang pas ya^^ Silahkan Anda baca lebih jauh wawancara IGN dengan Alex Ross tentang Frank Kasy di sini.


Alex berhasil masuk dalam industri komik lebih awal daripada yang diperkirakan (masih dalam usia 19 tahun) melalui Terminator: The Burning Earth, terbitan Now Comics tahun 1989. Awalnya pekerjaan ini ditawarkan kepada Jim Wisnewski, salah satu rekan kerja Ross di Burnett tapi Ia melemparkannya kepada Ross. Kemudian Ross menunjukkan portofolionya kepada Now Comics dan mereka setuju. Memang tidak begitu manis, tapi karya Ross ini membuat para Editor di Marvel Comics mulai tertarik.


Influences

Salah satu nama yang paling memberikan pengaruh yang besar bagi Ross adalah Norman Rockwell, terbukti dari kesamaan metode yang mereka gunakan, seperti berpatokan pada foto untuk menggambar efek tekstur dari pencahayaan pada manusia. Sebuah lukisan minyak karya Rockwell yang berjudul "The Right to Know" (tahun 1968), menjadi dasar bagi Ross untuk membuat cover Kingdom Come #2.


"Saya suka ilusi yang ditimbulkannya--orang-orang berdiri berdekatan, bertiga didepan, berempat dibelakang namun tak seorang pun tampak menyusut. Semuanya dalam ukuran yang sama dan cahaya misterius muncul dari bawah. Ini sebenarnya tidak mungkin, tapi jika kau membuatnya dalam cara yang representasional, orang akan menerimanya."



Alex juga mengagumi Andrew Loomis (1892-1959). Karyanya banyak mengisi majalah-majalah utama nasional pada zamannya. Ia juga membuat buku-buku seni yang hebat; Creative Illustration (1947) dan Figure Drawing For All It's Worth (1946).

Oke, sudah ada Frank Kasy, ditambah dua orang lagi--Norman Rockwell dan Andrew Loomis, mereka berperan besar dalam bakat Alex hingga mampu membuat mitos menjadi sebuah realita. Ilusi yang realistis atau seni yang berilusi, whatever, terserah menurut Anda deh...




This looks like a job for...

Tahun 1993 merupakan tahun bersejarah dalam karir Alex Ross, pertama kalinya ia menerima uang dari DC Comics setelah menyelesaikan cover untuk novel Superman: Doomsday & Beyond. Salah satu Editor DC, Charles Kochman mengingat momen ini: "Saya baru mulai bekerja di DC Comics pada Januari 1993, salah satu proyek yang saya tangani adalah sebuah tie-in untuk alur cerita 'Death of Superman' yang tengah berjalan waktu itu."

"Saya ingin cover buku tersebut dilukis--sesuatu yang berbeda dari komik. Creative Director kami waktu itu, Neal Pozner, punya beberapa karya Illustrator yang menurutnya cocok, dan Ia memberikan satu folder untuk saya periksa. Semuanya berbakat, tapi ada sesuatu dalam karya Alex Ross ini yang berbeda dengan yang lain. Saya ingat satu sample gambarnya; The Human Torch, bagian dalam serial yang nantinya akan diterbitkan dengan judul Marvels (mini-seri riwayat tokoh-tokoh Marvel pada masa awal mereka). Saya belum pernah melihat lukisan untuk komik yang begitu realistik. Seseorang yang sungguh terbakar. Saya kira demikian, jika Human Torch memang ada, seharusnya ia terlihat seperti itu. Ini sangat mengejutkan, khusunya pada masa itu--tidak ada orang melukis super hero, setidaknya seperti yang Alex Ross lakukan."

Berikutnya Kochman menghubungi Alex dan menawarinya pekerjaan ini. Alex sangat menghargai keputusan mereka yang menginzinkannya untuk menggambar Superman dalam versi klasik. Cover tersebut selesai pada bulan Mei dan novel tersebut terbit bulan Agustus kemudian. Ketika mini-seri Marvels diterbitkan, Alex menjadi bintang terang dalam industri komik. Panggung sudah tersedia, apa langkah berikutnya?

Jawabannya ada dalam DC Universe, Kingdom Come terbit di tahun 1996 dan meraih sukses komersial yang luar biasa. Mini-seri ini adalah sebuah epik mitos tentang super heroes DC terkenal, seperti; Superman, Batman, Wonder Woman, Captain Marvel/Shazam, dan lain-lain.

Jika ditanya--Kenapa Superman selalu didepan, selalu jadi yang utama?--Semua jawaban mundur ke Superman. Di tahun 1938, 2 anak muda Yahudi, Jerry Siegel & Joe Shuster dari Cleveland, Ohio menciptakan Si Manusia Baja. Tokoh ini adalah yang pertama dalam apa yang disebut sebagai "Super Hero" di abad 20. Awalnya konsep cerita ini dianggap picisan oleh Siegel dan Shuster--mahluk mitos yang sangat kuat hadir dalam kehidupan kita, memperjuangkan keadilan dan membela yang lemah. Tidak ada yang suka dengan yang ini, kira-kira begitu menurut mereka. Tapi setelah ide dan konsep itu direvisi berkali-kali, akhirnya malah memberikan kesempatan bagi mereka untuk dicatat dalam sejarah Pop Culture dunia.

Dengan kepekaan akan tema ini, Ross mengambil langkah logis dengan menggambarkan Superman harus tampil aktual, seperti manusia yang benar-benar hidup--flesh & blood. Sebenarnya Alex bukanlah yang pertama melakukan ini--film, TV, aktor sandiwara radio terbukti sudah melakukan upaya untuk 'menghidupkan' Superman. Tapi pendekatan unik yang dilakukan Ross terhadap Superman dkk, ada 2 lapis. "Pertama, kita belum pernah melihat mereka di komik seperti ini. Kedua, bukan hanya karena kita melihat mereka dengan cara beda, seolah-olah kita juga diijinkan untuk benar-benar melihat mereka untuk pertama kalinya. Efeknya sama seperti bertemu dengan seseorang yang selama ini hanya bisa kau dengar tentangnya saja." Alex tahu betul apa itu kerinduan bagi para fans komik :)

"Saya sangat ingin membuat standar baru dalam penggambaran Superman, dengan ini saya bermaksud untuk mengembalikannya ke akar. Tentu hal ini tidak bisa, tapi saya rasa pantas untuk diikuti. Ia pantas menerimanya. Superman seharusnya tidak mencerminkan tren atau pengaruh apapun dalam era tertentu--bentuk rambut, gaya bicara dan sebagainya. Ia diluar itu semua. Ia diluar waktu."



Whose will be done?

Sebenarnya benih Kingdom Come sudah tertanam jauh sebelum semua staff di DC Comics (atau siapapun di dalam industri komik Amerika saat itu) mengetahui siapa Alex Ross itu. Ketika Ross masih remaja Ia sudah memiliki konsep epik, sebuah cerita apokaliptik super hero (dengan penambahan unsur religius) yang menelaah kembali makna kehadiran mereka (tokoh-tokoh DC) dan bagaimana peran mereka di dunia. Ia membuat banyak catatan dan sketsa untuk mengembangkan idenya dan hasilnya adalah semacam gabungan Action Comics dengan Revelations (kitab Wahyu dalam Injil Kristen).

Membutuhkan waktu lebih dari 10 tahun dari mulai konsepsi hingga ke realisasinya dan Alex bekerja sama dengan penulis Mark Waid untuk mewujudkannya. Karya besar ini terbit di tahun 1996 dan merubah segalanya--bagi penerbit, industri dan memompa semangat artist komik muda.

Langkah jenius yang diambil Alex dalam cerita Kingdom Come adalah: kita diajak untuk melihat kejadian melalui mata serorang Pendeta mild mannered yang secara sengaja dinamakan 'Norman McCay'. Ternyata 'McCay' diambil dari nama kartunis Windsor McCay (Little Nemo), sebagai tribute dari Ross. Dan kita sebelumnya sudah mengetahui bahwa tokoh McCay ini berdasarkan Clark Ross. "Selama ini saya ingin memberikan peran buat Ayah--Ayah saya punya kemiripan dengan Obiwan Kenobi (hei, camera-face itu perlu juga loh dalam komik). Kelihatannya sempurna untuk menempatkannya ditengah-tengah makhluk super itu karena Ia tidak seperti orang biasa dan Ia beriman." Pada awal ceritanya, McCay didatangi Spectre di dalam ruang ibadah Gereja, yang memberikan peringatan kepadanya tentang malapetaka yang akan datang. Spectre mengajaknya dalam sebuah perjalanan dimensional dan McCay berharap dapat mencegah terjadinya bencana besar itu (Armagedgon). Kerinduan para fans akan romantika antara Superman dengan Wonder Woman juga diwujudkan Ross disini--thanks!


Bagaimana pendapat Clark Ross tentang karya anaknya ini? Ross mengakui bahwa Ayahnya sama sekali tidak mengerti dengan idenya ini, tapi Ayahnya percaya kepadanya. "Menjadikan Ayah sebagai tokoh utama memberikan saya alasan untuk bersamanya cukup lama, itu indah." Clark juga sependapat dengan anaknya, "Menyenangkan. Tapi yang paling penting, pekerjaan Nelson selalu memiliki dimensi moral yang kuat. Saya sangat bangga akan hal itu, dan bangga menjadi bagiannya."

Industri komik Amerika, khususnya DC Comics, nampaknya benar-benar berhutang budi terhadap Alex Ross--karena ia membuat Superman dkk 'hidup', menjadikan mitos itu nyata, memungkinkan cahaya kemilau makin bersinar diangkasa dunia komik terbesar di dunia itu:). Demikianlah apa yang mampu saya tulis untuk post kali ini, selebihnya Anda dapat membaca Mythology--lebih banyak ceritanya dan banyak gambarnya. Dan ini sepenggal lagi kata pengantar dari M. Night Shyamalan pada halaman awalnya:

Alex Ross always brings the mythical to reality for me. He connects me with the shadows and flaws to the very fictional world of comic books. He gives me a rope so I can still climb up and dream.

Alex's vision, I'm sure, will stand the test of time. Because he connects us to the human condition, it will always have relevance.


Alex Ross jatuh cinta kepada satu mitos semenjak ia masih sangat muda, ia hidup bersamanya bertahun-tahun, sampai pada akhirnya--ia berhasil menarik mereka keluar hidup-hidup ke realita. Sebagai seorang fan, ia setia kepada Icon itu. Sebagai Artist, ia menerjemahkan penghargaannya. Jelas ketika ini terjadi, Alex Ross sendiri sudah menempatkan dirinya dalam puncak yang sama dalam mitos itu. Mitos apa yang Anda sukai? Ada ambisi untuk membuatnya menjadi kenyataan? Wow, banyak PR kita yang sudah menunggu lama, Saudara...


Labels: ,

posted by Rudi @ 9:39 PM,

0 Comments:

Post a Comment

<< Return to Home





Gunakan feature pencarian ini untuk mengetahui info-info terbaru dari dunia komik, Penulis dan Artis favorit Anda.


Previous Posts


Shout Now!

Pertimbangkan untuk tidak memberikan link email Anda demi menghindari spam & junkmail dikemudian hari.



Links

US Comic Reviews
» Newsarama
» Comic Book Resources

Livin La Vida Comics!
» Komik Indonesia
» Manyala
» Pragat Comic
» Comics & Sequential Art

Friends to Friends
» Sang Kolektor
» Komik Bekas
» Lucky Seven 777
» 1 Magic Store
» Sun Burst Adventure

Specials
» Pak Janggut


Powered by

BLOGGER
Add to Plusmo Site Meter

Mau Duit? Bukan bohong! Kumpul aja bersama para Blogger disini!


We are an Amazon Associate. Items purchased after clicking a link on this site generate a small commission. Clik here if you want to join affiliate program.




And i'm using Google AdSense too.



Firefox is Free Browser that allow you to browse more faster and secure. Firefox is also great for Bloggers because it easier to use and now it comes with the Google Toolbar.